Antara Imam Sufyan Tsauri dan Imam Sufyan bin Uyainah
=====================
Sudah hampir dua tahun saya kebingungan ketika membedakan antara Sufyan Tsauri dan Sufyan Ibnu Uyainah. Banyak sekali periwayatan hadits yang hanya menyebutkan nama Sufyan saja tanpa menyebutkan Tsauri ataupun Ibnu Uyainah. Padahal di dalam ummahatul kutub al haditsiyah terdapat riwayat keduanya mulai kutub jami', sunan, musnad sampai Mustadrok. Hampir bisa dipastikan terdapat riwayat dari keduanya.
Pernah juga saya tanyakan kepada guru saya ketika ngaji kitab at Targhib wat Tarhib karya Imam al Mundziri dengan metode qiro'ah 'ala syeh. Beliau hanya menuturkan bahwa di dalam membedakan antara keduanya harus mengetahui guru dan murid masing-masing dari keduanya baru bisa menghukumi secara dhon bahwa Sufyan yang dikehendaki itu adalah Tsauri ataupun bin Uyainah.
Ketika itu saya hanya bisa batin "waduh kok susah sekali..., padahal beliau ini adalah rawi hadits yang sangat kondang, setingkat syeh yasin saja gurunya sekitar 700, apalagi seperti beliau yang sudah mendapatkan gelar amirul mukminin fil hadits.."
Beliau juga menambahkan bahwa keduanya lahir di Kufah, tetapi Imam Tsauri menetap di sana dan Imam Ibnu Uyainah hijrah ke Makah. Selain itu kalau Imam Tsauri kurunya lebih dahulu daripada Imam Ibnu Uyainah, walaupun sesama tabi'it tabi'in.
Setelah saya buka-buka di muqadimah kitab Taqribut Tahdzib karya Ibnu Hajar al Asqalani ternyata pembagian kurun tabi't tabi'in sendiri ada tiga, yaitu kubra, wustha dan sughra. disana dicontohkan langsung termasuk thabaqah kubra adalah Tsauri dan Thabaqah wustha adalah Ibnu Uyainah. Walaupun belum memberikan titik terang tetapi setidaknya memberikan kesimpulan bahwa beliau berdua adalah termasuk tabi'it tabi'in dan kurunya lebih tua Imam Tsauri.
Sekitar seminggu yang lalu saya bahkan menemukan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Sufyan bin Uyainah dari Sufyan Tsauri didalam kitab Sunan Abu Dawud, serasa kaget dan bahagia. Beginilah redaksi hadits tersebut
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﺼﺒﺎﺡ ﺑﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ، ﺃﺧﺒﺮﻧﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ، ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ اﻟﺜﻮﺭﻱ، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻓﺰاﺭﺓ، ﻋﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦ اﻷﺻﻢ، ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻣﺎ ﺃﻣﺮﺕ ﺑﺘﺸﻴﻴﺪ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ
Sekarang bisa disimpulkan bahwa Ibnu Uyainah adalah murid Tsauri.
Nah yang ter-update saya menemukan kitab yang berjudul Al Qawaidul Mufidah fi Ma'rifati Rijalil Bukhari karangan Syeh Fahd bin Ali al Kasyi, yang bisa didownload disini https://archive.org/details/qawaid_bokhari . Walaupun ini hanya penelitian beliau di kitab Bukhari saja, tapi ini sungguh sangat membantu. Berikut adalah penjelasan beliau :
١) عبدالله بن الزبير أبو بكر الحميدي شيخ البخاري إذا روى عن سفيان فهو إبن عيينة بالاتفاق
٢) علي بن عبدالله المديني شيخ البخاري إذا روى عن سفيان فهو إبن عيينة
٣) قتيبة بن سعيد أبو رجاء البغلاني الثقفي شيخ الجماعة إذا روى عن سفيان فهو إبن عيينة
٤) محمد بن سلام أبو عبدالله البيكندي شيخ البخاري إذا روى عن سفيان فهو إبن عيينة
٥) مسدد بن مسرهد بن مسربل أبو الحسن البصري شيخ البخاري إذا روى عن سفيان فهو ابن عيينة
٦) الفضل بن دُكين بن حماد ابو نعيم الكوفي يروي عن الاثنين ولكن إذا روى عن إبن عيينة صرّح به قال: حدثنا إبن عيينة. وإذا روى عن الثوري قال: حدثنا سفيان.
٧) قبيصة بن عقبة أبو عامر السوائي الكوفي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
٨) محمد بن كثير أبو عبدالله العبْدي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
٩) محمد بن يوسف بن واقد أبو عبدالله الفريابي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
١٠) وكيع بن الجراح بن مليح أبو سفيان الرؤاسي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
١١) عبدالله بن المبارك بن واضح أبو عبدالرحمن المروزي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
١٢) عبدالرحمن بن مهدي بن حسان أبو سعيد البصري إذا روى عن سفيان فهو الثوري
١٣) أخلاد بن يحي إذا روى عن سفيان فهو الثوري
١٤) إذا روى سفيان عن الزهري فهو ابن عيينة
KAJIAN MAKNA "KULL" (كل) DALAM HADITS TENTANG BID'AH كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ “Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu masuk neraka”. Dengan membandingkan hadist tersebut serta QS Al Kahfi: 79 yg sama2 dihukumkan ke kullu majmu' akan kita dapati sebagai berikut: Bid’ah itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas; dalam Ilmu Balaghah dikatakan, حدف الصفة على الموصوف “Membuang sifat dari benda yg bersifat”. Seandainya kita tulis sifat bid’ah maka terjadi dua kemungkinan: a. Kemungkinan pertama : كُلُّ بِدْعَةٍ (حَسَنَةٍ) ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ “Semua bid’ah (yg baik) sesat, dan semua yg sesat masuk neraka”. Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yg sama, hal itu tentu
Komentar
Posting Komentar