Atasi kabar hoax dengan ilmu isnad
================================
Di dalam turats keilmiyahan islam dikenal cabang ilmu yang hanya membahas tentang kebenaran berita. Apakah berita tersebut bisa diterima atau tidak, apakah berita tersebut benar atau mungkin benar atau bahkan salah dan dibuat-buat...
Ilmu tersebut sudah sejak dahulu ditemukan oleh para ulama' zaman sahabat dan seiring berjalanya waktu ilmu tersebut semakin sempurna dalam keutuhan dan eksistensinya. Ilmu tersebut muncul karena adanya polemik yang ada pada masa itu, yaitu setelah Rasulullah wafat, mereka kehilangan sosok panutan yang sempurna yang bisa diikuti baik perkataan atau perbuatan. Sedangkan al Qur'an saja walaupun sudah sempurna, tapi tetap butuh penjelasan dan penjabaranya dan Rasulullahlah satu-satunya mufassir yang mendapatkan mandat langsung dari Allah. Jadi Rasulullahlah yang menjadi al Qur'an secara prakteknya, dalam arti semua perkataan dan perbuatan beliau menjadi realisasi dari kandungan al Qur'an tersebut baik berupa bayani maupun tasyri'i yang masing-masing bisa berupa perkataan maupun perbuatan. Jadi al Qur'an dan Rasulullah adalah satu, yaitu panutan umat.
Karena al Qur'an diriwayatkan secara mutawatir maka tidak ada masalah dalam pengakuanya sebagi wahyu Allah. Tetapi yang menjadi persoalan yang akut adalah tentang sesuatu yang berasal dari nabi, karena periwayatanya bukanlah semuanya mutawatir. Dimulai dari itulah mereka berjuang untuk merumuskan kaidah-kaidah yang digunakan untuk menilai bahwa kabar tersebut bisa diterima atau tidak. Akhirnya muncul ilmu isnad atau ilmu hadits diroyah. Begitulah sekiranya betapa penting metode penyaringan berita dan kabar. Imam Abdullah bin Mubarok memberikan pernyataanya akan pentingnya metode tersebut :
الإسناد من الدين ، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
"Isnad adalah bagian dari agama, seandainya tidak ada isnad maka siapapun akan berkata sekehendaknya sendiri".
Bahkan Imam Sufyan Tsauri mengibaratkan metode atau cabang ilmu ini dengan senjata :
الإسناد سلاح المؤمن ، إذا لَمْ يَكُنْ مَعَهُ سلاح فبأي شيء يقاتل ؟
"Isnad adalah senjata orang muslim, seandainya ia tidak mempunyai senjata, maka dengan apa ia berperang?"
Sebagai seorang muslim kita wajib mencontoh salafus sholih di dalam menyaring berita dan kabar, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh mereka.
Maka jadilah facebooker atau netizen yang bijak, sebagaimana seorang tholibul hadits ketika talaqqi terhadap kabar yang datang.
Dan jadilah cyber army yang mengedepankan otentisitas bukan mengedepankan sebuah kepentingan, sebagaimana syaihul hadits melakukan ada' terhadap sebuah kabar yang diriwayatkan.
########
Caption👉Kitab Nuzhatun Nadhor salah satu buku yang membahas ilmu isnad
KAJIAN MAKNA "KULL" (كل) DALAM HADITS TENTANG BID'AH كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ “Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu masuk neraka”. Dengan membandingkan hadist tersebut serta QS Al Kahfi: 79 yg sama2 dihukumkan ke kullu majmu' akan kita dapati sebagai berikut: Bid’ah itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas; dalam Ilmu Balaghah dikatakan, حدف الصفة على الموصوف “Membuang sifat dari benda yg bersifat”. Seandainya kita tulis sifat bid’ah maka terjadi dua kemungkinan: a. Kemungkinan pertama : كُلُّ بِدْعَةٍ (حَسَنَةٍ) ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ “Semua bid’ah (yg baik) sesat, dan semua yg sesat masuk neraka”. Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yg sama, hal itu tentu
Komentar
Posting Komentar