JAN 17 TAUHID DALAM BUKU- BUKU TERJEMAHAN KARANGAN K.H.A.RIFA’I DARI KALISALAK TAUHID DALAM BUKU- BUKU TERJEMAHAN KARANGAN K.H.A.RIFA’I DARI KALISALAK Makalah Seminar Nasional, dengan beberapa editing OLEH: ABU ROYHAN AL- FIRDAUSI, H.KHAERUDDIN. PENGANTAR Lothorp Stoddart dalam bukunya : The New World of Islam menyatakan bahwa kondisi umat Islam pada abad ke 18 sangatlah memprihatinkan. Mereka sebagian besar terjerumus dalam gelimang takhayul dan mistik kekanak- kanakan. Keadaan ini tidak terkecuali terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) pada waktu itu. Seorang sarjana Belanda yang bernama C.Poensen dalam bukunya : Brieven over der Islam Uit de Binnen Landen van Java, Leiden : Brill 1886, juga membuat pernyataan yang hampir sama dengan pernyataan Lothorp Stoddart, khususnya umat Islam di Hindia Belanda, yaitu bahwa dalam hal kepercayaan, orang Jawa pada saat itu tidak bisa disebut sebagai orang Islam. Keadaan inilah yang membuat prihatin Assyaikh.H.A.Rifai dari Kalisalak, Limpung, Batang, Jawa Tengah. Seorang Ulama yang baru pulang menimba ilmu selama lebih 8 tahun di Mekah, untuk segera memperbaiki keadaan keyakinan dan peribadatan umat, sekaligus mengobarkan semangat Jihad menentang kolonialisme Belanda. Dikarangnya kitab kitab tentang Tauhid (Keyakinan), Fikih (peribadatan) dan Tasawuf (Olah batin/ managemen Qolbu), dengan bahasa Jawa dalam bentuk sajak maupun prosa, sehingga mudah dihapal, dicerna dan mudah dimengerti oleh sebagian besar kaum awam khususnya yang berbahasa Jawa. Yang menarik, ditengah uraian beliau tentang ketiga cabang ilmu agama tersebut, di sana- sini diselipkan komentar komentar pedas tentang kondisi umat, perilaku aparat dan kezaliman penguasa kolonial pada waktu itu yang harus dilawan dan ditentang. Inilah yang menyebabkan beliau diasingkan ke Ambon dan kemudian dipindahkan ke Menado dan akhirnya wafat dan dikuburkan disana. Dalam situs ini anda akan diajak melihat pokok- pokok bahasan/ tulisan beliau dalam bidang Tauhid, dimana kami sengaja paparkan bahasa asli yang beliau pakai, baru kemudian di Indonesiakan dan diuraikan. Selamat membaca. Daftar Isi 1. Mukaddimah 2. Latar Belakang. 3. Definisi Ilmu Tauhid 4. Akidah Ahlussunnah 5. Taqlid dalam hal keyakinan 6. Ketundukan kepada hukum Islam merupakan Syarat Sahnya Iman. 7. Rukun Islam 8. Rukun Iman 9. Aqoid Lima puluh 10. Mukjizat, Irhas, Karomah, Ma’onah dan Sihir. 11. Wali- Wali Allah. 12. Bermacam dosa. 13.Taubat Tulisan ini berdasarkan makalah Seminar Nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad XIX Gerakan K.H.A.Rifa'i : Kesinambungan dan Perubahannya, di Jogyakarta, 12- 13 Desember- 1990, Pokok Bahasan : Tauhid Dalam Pandangan K.H.A.Rifa'i dan Pembandingnya, oleh : H. Khaeruddin Khasbullah, dengan sedikit perubahan dan penambahan. Tulisan- tulisan yang bersumber dari kitab- kitab karangan K.H.A.Rifa'i sengaja dirujuk ke sebuah catatan khazanah buku- buku milik Dr.T.H. Pigeaud yang terdaftar dan tersimpan di Universitas Leiden Belanda, karena buku- buku karya K.H.A.Rifa'i sulit didapatkan dipasaran bebas. Mukaddimah Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam yang telah mengutus para nabinya untuk menyampaikan agama Tauhid, mengajak sekalian manusia dan jin menuju jalan kebahagiaan, yaitu jalan sorga yang dijanjikan. Solawat dan salamNya semoga terlimpah keharibaan junjungan Nabi Muhammad beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya serta kepada segenap kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menjunjung tinggi tauhid dan menjauhkan diri dari kemusyrikan. Kemudian perkenankanlah melalui tulisan ini saya mengenang guru guru saya seraya mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada seluruh guru guru saya yang telah membimbing jiwa dan rokhani saya dari sejak kecil sehingga dewasa dengan tekun dan tak kenal lelah. Khususnya kepada Al- Maghfurlah K.H. Abdul Aziz Al- Mu’tasim dari ponpes Insap Paesan Pekalongan, Juga kepada Al- Maghfurlah Al- Habib Muhammad Assegaf, salah seorang guru dan pengasuh Perguruan Tinggi Ma’had Islam di Pekalongan, dan kepada segenap guru guru saya yang tak mungkin saya sebutkan satu demi satu. Semoga Allah membalas segala amal saleh mereka semuanya dan menempatkan mereka dengan layak disisi Allah yang Maha Tinggi. Khusus Kepada Prof.Dr. Karel. A. Steenbrink dari IIMO/ Dept.of Religion Utrecht University, Nederland, saya ucapkan penghargaan yang setinggi- tinginya dan terimakasih atas kiriman catatan- catatan pentingnya sehingga tulisan ini terasa menjadi sedikit lebih lengkap. Yang terakhir kami mohon kritik dan saran, khususnya kepada sesepuh seandainya tulisan ini dianggap kurang mewakili tulisan tulisan Syaikh H.A.Rifa’i. Dengan kritik dan saran tersebut diharapkan tulisan ini menjadi lebih lengkap dan bermanfaat, khususnya untuk segenap warga dan kaum muslimin seluruhnya. Amien. Karawang, 10- Desember- 1990. Kupersembahkan tulisan ini kepada istriku : HJ. Misrokhah.khd. Dan anak- anakku : Alfiana Izzati.khd.Sag. Sulaiman Alfahimi.khd. SE. Hilman Arribath.khd.BC.Ak Arif Dzul Hikam.khd.S.PD.I Adkhilna Firdausa.khd.S.S Neil Elmuna.khd.S.E.I Royhan Firdausi.khd. I MOTTO: Mu’min oleh pituduh sah iman Iku anut ing angger wong kabeneran Nyoto ono dalile syari’at panggeran Qur’an, Hadist, Ijma’ Qiyas panutan Mu’min yang mendapat petunjuk sah iman (mereka) itu mengikut kepada setiap orang yang benar Nyata ada dalil syari’at (sebagai) pedoman Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas (sebagai) pegangan. ( Assyaikh. H.A.Rifa’I: Abyan Alhawa-ij II: 217) Lihat : Dr.TH.Pigeaud: Literature of Java Lor 7523a- c- R- 16.010 Abyanu ‘L- hawa’ig, tanbih in verse By Ahmad Ripangi, Syafi’i madhabi Ahlusunnati tarikati, on usul fiqh and tasawuf Dated A.D. 1889. Legacy Snouck Hurgronye, 1936 I.Latar belakang. Pertengahan dekade 1800- an, Perang Diponegoro baru saja usai, dan Belanda dengan segala caranya telah berhasil keluar sebagai pemenang. Maka sejak itu makin kokohlah kuku penjajahan menghunjam dalam Bumi Nusantara. Dimana- mana kaum pribumi mengalami rasa rendah diri yang hebat dan makin percaya bahwa bangsa Belanda adalah bangsa yang superior. Segala segi-segi kehidupan mereka diperkosa, apalagi dengan mulai diterapkan CULTURE STELSEL (SISTEM TANAM PAKSA). Kepala Desa dan Bupati tidak menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, tetapi sudah menjadi pegawai atau aparatur tuan tanah.1 Saat itu makin banyak kaum pribumi yang mencari aman dengan menjilat kepada sang penguasa. Sendi-sendi syariat dan akidah yang sejak semula rapuh karena agama Islam masuk ke indonesia melalui sentuhan– sentuhan kultural dan tasawuf, serta sejak berabad-abad tidak ditegakkan secara maksimal, makin kelihatan bertambah rapuh. Maka tidak heran bila pada saat itu sinkretisme dan pencampur adukan syariat dan adat istiadat yang berlaku, sangat menggejala dan kaum abangan serta tradisi pra-islam mendapatkan moment perkembanganya yang subur pada saat itu.2 Bait-bait syair dibawah ini cukup jelas menggambarkan keadaan umat Islam pada saat itu : Podo ngaku Islam ujare puro- puro Tan nggugu ing sak benere syara’ wicoro Gegeyongane mung anut adat negoro Atine kafir luwih gede keno leloro (Ri’ayatul Himmah halaman 17) Sama mengaku Islam ucapannya pura- pura. Tak mau menurut pada sebenarnya hukum syara’ Bergantungnya hanya mengikut adat negeri Hatinya kafir kena penyakit yang lebih besar. Lihat pengamatan C. Poensen dalam bukunya: Brieven over der Islam Uit de Binnenlanden Van Java, Leiden : Brill 1886, bahwa : pada akhir abad 19 mayoritas orang Jawa sebenarnya tidak mengenal Islam kecuali dalam hal sunatan, puasa dan larangan makan daging babi. Selanjutnya Poensen menyimpulkan bahwa dalam hal kepercayaan orang Jawa tidak bisa disebut sebagai orang Islam. 3 Keadaan masa itu sungguh jauh berbeda dengan keadaan akhir abad 20, dimana saat itu sekolah- sekolah agama seperti Madrasah Ibtida’iyah, Tsanawiyah dan Aliyah belum melembaga seperti sekarang. Sekolah- sekolah agama hanya ada di pesantren, dan para ulama memilih tempat tempat terpencil dan jauh untuk kiprah pesantren mereka, untuk menghindari kontrol ketat yang dilakukan penguasa kolonial. Sedangkan kiyai- kiyai didesa hanya mengajarkan cara baca Alqur’an. Dalam bukunya: HABIS GELAP TERBITLAH TERANG, R.A Kartini juga mengeluhkan hal ini. Dalam suratnya yang ditulis kepada Ny. Abandanon dia seakan memprotes bahwa ia diajar cara membaca Al Qur’an tanpa tahu artinya. Buku buku terjemahan belum ada seperti sekarang ini, sehingga anak- anak kecil terpaksa diajar memahami agama dari kitab- kitab berbahasa Arab yang tentu sangat sulit dipahami oleh mereka. Ada beberapa kiyai yang bereksperimen dengan mengajar lebih dulu ilmu- ilmu alat (gramatika), tetapi karena usia kawin yang sangat muda, eksperimen ini justru menghasilkan orang orang yang tak cukup memahami ilmu alat dan tak mengerti ilmu- ilmu ibadah, serta tak memahami tauhid Islam dengan benar, sehingga dilaporkanpada waktu itu akidah umat masih bercampur dengan kepercayaan- kepercayaan animisme seperti Nyi Loro Kidul- penguasa laut selatan, Dewi Lanjar- penguasa laut utara, Nyi Putut- penunggu bulan, Dewi Sri- Si dewi Padi dan sebagainya. Dikala itulah seorang ulama pendobrak pulang ketanah air setelah sekian lama belajar di negeri sumber agama Islam, yaitu di Mekah. Beliau adalah K.H.A.Rifa'i yang kemudian banyak menulis kitab kitab hukum Islam. Beliau telah menterjemahkan dan menyadur berbagai kitab agama Islam dalam bahasa Jawa, sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat awam (lebih tepatnya mengarang beberapa kitab dalam bahasa Jawa dengan mengambil sumber sumber keilmuan dari banyak sumber kitab berbahasa Arab). Ajarannya penuh dengan ajakan bagi umat Islam untuk mengadakan masyarakat baru. Dalam masyarakat baru itu hendaknya anggota- anggotanya kembali menjalankan perintah Tuhan dan mengikuti perilaku nabi- nabi.4 Salah satu bagian dari fatwa- fatwa beliau adalah dalam bidang ilmu USHULUDDIN atau ilmu Tauhid, yang akan kita tela’ah ala kadarnya pada tulisan berikut ini. II.TAUHID DAN USHULUDDIN Ushuluddin secara bahasa adalah pokok- pokok agama, sedang tauhid secara bahasa adalah pemahaman bahwa sesuatu itu (Tuhan) adalah satu5. Secara agama ilmu ushuluddin dan ilmu tauhid adalah sinonim. M aksudnya adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang merupakan pokok-pokok keimanan dalam agama Islam dan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan iman. Atau dalam pengertian lain adalah : Suatu ilmu yang membahas di dalamnya ketetapan akidah agama (Islam) dalil-dalil yang pasti6. Dalam hal ini Assyaikh K.H.A.Rifa’I menjelaskan: UTAWI ILMU USHULUDDIN PARTELANE YOIKU NGAWERUHI BAB IMAN TINEMUNE LAN BARANG KANG TA’ALLUQ WICARANE LAN NGAWERUHI SETENGAH BARANG WAJIBE PANGERAN LAN ROSUL, MUHALE, WENANGE KINAWERUHAN ADAPUN ILMU USHULUDDIN, PENJELASANNYA YAITU MEMPELAJARI TENTANG IMAN DAN SEGALA HAL YANG DENGANNYA BERSANGKUTAN DAN MENGETAHUI YANG WAJIB BAGI ROSUL SERTA MENGETAHUI YANG MUSTAHIL DAN JAIZ. ( RI’AYATUL HIMMAH.17) Secara lengkap beliau menjelaskan bahwa ilmu ushuluddin (sering disebut juga: ilmu tauhid, ilmu akidatuttauhid, ilmu kalam, atau ilmu akoid 50 dan sebagainya), adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang keimanan dan segala hal yang bersangkutan paut dengan keimanan, seperti mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat muhal dan jaiz Nya. Begitu juga sifat-sifat wajib bagi rosul, muhal dan jaiz Nya, mengetahui tentang iman kepada malaikat, iman kepada qodho dan qodar, tentang kiamat dan sebagainya. Oleh karena itulah dalam makalah ini penulis kadang-kadang menggunakan istilah ilmu tauhid, atau kadang-kadang dengan istilah yang lainnya. III. AKIDAH AHLUSSUNAH. Sumber dari AKIDAH ISLAMIYAH ASHOHIHAH (kepercayaan Islami yang benar) tentu saja adalah firman-firman Allah dan sabda-sabda Nabi. Pada masa-masa hidupnya beliau nabi sendiri yang menerangkan dan menjelaskan mengurakan tentang segala hal yang berhubungan dengan pokok-pokok keimanan tersebut. Setelah Nabi wafat, tugas-tugas beliau dipikul dan di teruskan oleh para sahabat Nabi. Kemudian Islampun makin lama makin berkembang melampaui batas-batas negara. Pada saat itu mulailah umat Islam bersentuhan dengan kepercayaan dan filsafat yang telah lama berkembang di daerah-daerah baru itu. Dengan demikian mulailah alam fikiran ARISTOTELES, AFLATHON (PLATO), SOCRATES dan lain sebagainya. Demikian juga ajaran-ajaran SAINT JOHN OF DAMASCUS (676-749) THEODORUS ABU BAKARA, TSABIT BIN QURROH, KUSTO BIN LUCAS (820-912), ikut mempengaruhi dan mewarnai dan merusak akidah suci yang dibawa Nabi. Terlebih-lebih setelah terbunuhnya S. Ali melawan S. Muawiyah, maka masalah-masalah politik ikut nimbrung dalam membentuk kepercayaan ummat pada masa itu. Namun Allah Maha Penyayang, muncullah kemudian dua orang ulama besar pembela akidah yang murni pada akhir abad ke III H. Beliau adalah Abu Hasan Al-Asyari (260-324 H) dan Muhammad bin Muhammad Abu Mansur Al Maturidi( -332). Kedua beliau mulai menyelidiki firman-firman Allah dan sabda-sabda Nabi yang menjadi pokok dan sumber akidah Islamiyah yang suci, diselidikinya faham-faham menyesatkan dari golongan majusi, pikiran-pikiran Failasuf, golongan Jabariyah dan Qodariyah (Determinisme/indeterminisme) ahli-ahli batiniah dan sebagainya yang sesat. Bahkan kadang-kadang diserangnya Ahlul batil tersebut dengan cara berdebat seperti yang pernah terjadi dengan bekas gurunya, Al-Jubai yang merupakan tokoh mu’tazilah8. Beliau berdua berpendapat bahwa pokok-pokok akidah harus dibina atas dasar keyakinan, bersandar kepada firman-firman Allah dan Hadist-hadist shohih berderajat mutawatir. Kemudian dikarangnya buku-buku untuk membela dan mempertahankan serta menyebar luaskan keyakinan suci tersebut. Oleh karena bersandar kepada Assunnah dan mengikuti jejak sahabat serta diikuti oleh mayoritas ulama dan ummat pada masa itu, maka fahamnya kemudian terkenal dengan sebutan AHLUSSUNAH-WAL JAMA’AH. Karena itulah kalau dimutlakkan Ahlussunah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah golongan yang mengikuti jejak Asy’ari dan Maturidi9. Dalam hal ini K.H.A. Rifa'i menulis dalam beberapa kitabnya, diantaranya dalam kitab Ri’ayatul Himmah jilid 2 hal. 62, demikian: ULAMA MUJTAHID MUTLAQ USHULUDDIN ANANE IKU IMAM ABU HASAN ASY’ARI NAMANE LAN IMAM ABU MANSUR MATURIDI ARANE IKU PODO, QURAN HADIST PENGAMBILANE ATINE JAZEM ING ALLAH DAWAM GINIYONGAN UGO ALIM SERTO ADIL ILMUNE KABENERAN KANG PRATELO SAH GINAWE GURU PANUTAN UGO KHOLIFAHE NABI MUHAMMAD UTUSAN Ulama Mujtahid Mutlak Ushuluddin adanya Yaitu Imam Abu Hasan Al- Asyaikh’ari namanya Dan Abu Mansur Maturidi sebutannya Itu sama, Qur’ an Hadist dasar pengambilannya Hati mereka mantap pada langgeng bergantung kepada Allah Juga mereka Alim serta adil, ilmunya benar Yang nyata sah dibuat guru panutan Juga mereka sebagai khalifah Nabi Muhammad utusan Allah Oleh karena itu tiada pilihan lain, bahwa kita harus mengikuti I’tikad yang secara jelas dan yakin bersumber dari Al-Qur'an dan Assunnah. I’Tikad ini secara mendalam dan teliti telah dikaji oleh kedua beliau, yaitu Imam Asyaikh’ari dan Imam Ma’turidi, istimbath dan istidlal dari ayat- ayat dan hadist- hadist yang sorih (jelas) dan musytabih (samar), dan telah disimpulkan serta dituangkan dalam kitab- kitab beliau seperti : Al- Ibanah dan Maqolatul Islamiyyin karangan Imam Asy’ari atau kitab Al- Ushul fi Ushuliddin serta Kitabuttauhid karangan Imam Ma’turidi10, dimana kitab- kitab tersebut dapat kita uji kebenarannya dan telah dibahas oleh pakar- pakar dibidangnya sepanjang Zaman. Oleh karena dasar- dasar yang jelas itulah K.H.A.Rifa'i memerintahkan agar hanya mengikuti jalan yang ditempuh oleh para ulama Ahlussunnah tersebut, seperti tertulis dalam kitab Syarikhul Iman11 halaman 286 sebagai berikut: Faidatun : Utawi saben wong mukallaf iku wajib arep gegeyongan atine ing dalem agamane Allah Ta’ala ingkang wus muwafakat ilmune mungguh Jumhur Ulama Ahlussunni….dst. Suatu faidah : Bahwa setiap orang mukallaf12 haruslah bergantung hatinya kepada agama Allah Ta’ala yang ilmunya telah disepakati oleh Jumhur Ulama Ahlussunni. Demikianlah bahwa setiap kaum muslimin harus mengikuti golongan AHLUSSUNNAH WAL- JAMA’AH, golongan yang mengikuti hadist- hadist dan Sunnah Muhammadiyah dan mengikuti jejak para Sohaby, karena hal itu merupakan pesan dan wasiyat Rasul yang wajib dilaksanakan. Dan hanya golongan inilah yang dijamin selamat dari murka Allah13. IV. TAQLID DALAM BERTAUHID. Menurut konsep Islam, awal kepercayaan adalah TAUHID (monotheistis). Karena kepercayaan tauhid adalah Fitrah dan alamiah. Baru setelah Iblis berusaha membelokkan kepercayaan umat manusia dengan menyembah patung orang- orang saleh yang sudah meninggal yaitu : Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr (Q.s 71. 23). Maka sejak itu kepercayaan polytheistis (syirik) mulai tumbuh dan berkembang. Jadi menurut Islam, bila tak ada pengaruh- pengaruh jahat, secara naluri hati manusia akan mengakui keesaan Allah. Demikian pulalah yang terjadi saat Nabiullah Ibrohim menemukan hakekat kebenaran, yaitu : TIADA TUHAN SELAIN ALLAH. Tentang kekuasaan dan keesaan Allah telah cukup bukti- bukti yang mendukungnya, dan Allah telah memberikan keistimewaan kepada manusia dengan akalnya untuk sampai kepada hakekat kebenaran sampai batas- batas tertentu. Oleh karena itu dalam bertauhid, amatlah tercela bagi seseorang yang tak mau menggunakan akalnya, padahal ia mampu untuk berusaha meyakinkan diri dalam meng- esakan Allah. Tentu saja harus dalam kerangka landasan yang telah dirisalahkan oleh para nabi, karena detil masalah ini adalah masalah sima’i yang hanya bisa dimengerti melalui wahyu yang diturunkan kepada para nabi. Karena itulah dalam kitabnya Asyaikh, K.H.A.Rifa'I kurang menghargai orang yang mampu bernalar, namum bertaqlid dalam meng-esakan allah. Perlu diketahui dahulu batasan taqlid yang dimaksud. Asyaikh menulis dalam kitabnya Ri'ayatul Himmah jilid I demikian14: Taqlid adalah mengikuti selainmu, dalam ucapan dan keyakinannya tanpa mengetahui dalil-dalilnya, Adapun apabila engkau tahu dalil-dalilnya maka sesungguhnya engkau adalah seseorang arif dan bukan seorang muqollid. Dalam hal taqlid dibidang ilmu tauhid ini beliau menulis15: Kerono gholib saben wong taqlid anutan Muhung pengucape ulama pituturan Ing dalem bab tauhid kinawaruhan Iku imane tan sepi gholiban Saking mamang atine wong iku tinemune Karena biasanya setiap orang taqlid mengikuti Hanya kepada ucapan dan wejangan ulama Pengetahuannya dalam bab ilmu tauhid Imanya biasanya tak terhindarkan Dari keraguan orang itu adanya Kemudian seterusnya beliau menulis dalam kitab yang sama16: Nyoto khilaf ulama ingdalem hukuman Imane wong kang taqlid podo anutan Tan ngalap dalil anyare alam gawehan Setengahe ulama agawe pituturan Ora ngesahaken ing imane milahur Wong taqlid muhung anut pitutur Setengahe ulama ngesahaken jujur Ing imane wong taklid tan ngawur Lan tetapi dosa tinggal kenadharan Tan ngalap dalil kinewaruhan Nyata berbeda pendapat ulam dalam hukumnya Imanya orang yang taqlid mengikut Tak mau berdalil dengan barunya alam yang di ciptakan Sebagian ulama membuat pelajaran; Tak menganggap sah ; imanya kacau Orang yang hanya mengikut pada wejangan Sebagai ulama menganggap sah dan benar Tentang imannya orang taklid yang ngawur Tetapi berdosa karena tak mau berfikir Tak mengambil dalil dengan alam yang telah diketahuinya Selanjutnya Asyaikh mempersilahkan untuk memilih pendapat mana yang cocok untuk diikuti . Demikianlah dalam masalah- masalah khilafiah beliau selalu moderat, tetapi dalam masalah prinsip, beliau tak terbengkokkan. V. KETUNDUKAN KEPADA HUKUM (TASLIM) ADALAH MERUPAKAN SYARAT SAH NYA IMAN Seperti kita ketahui dalam pendahuluan, bahwa suasana saat itu sangat mendukung berkembangnya ISLAM ABANGAN. Terisolasinya pondok- pondok pesantren di gunung- gunung, pendidikan sistem madrasah yang belum melembaga, superioritas kolonial Belanda yang makin kentara dan MISKINNYA KITAB- KITAB AGAMA DALAM BAHASA JAWA/ INDONESIA pada masa itu, menyebabkan banyak umat tidak mengetahui hakekat agamanya. Apalagi suatu hal yang sangat beralasan bahwa sejak dari mula pertama keberadaan Islam di indonesia, sebagian besar kelompok keagamaan tidak mendasari doktrin-doktrinya dengan Al-Qur'an, tetapi mengambil dari tradisi- tradisi Jawa pra-islam. Prof.Dr. Sartono Kartodirjo menulis dalam bukunya : PROTES MOVEMENT IN RURAL JAVA halaman 127 demikian : It is reasonable assumption that, from the earlies Islamic times in Indonesia, there have existed sects professing doctrins not based on the qur’an but originating from pre-islamic javanes tradition. Maka nampaklah dipermukaan bahwa islam hanyalah merupakan formalitas. Banyak kaum muslimin pada waktu itu yang tidak memahami dan mengikuti syari’at dengan benar- benar. Bahkan pada waktu itu banyak karya sastra Jawa klasik yang membawa serta ajaran zindiq dan khurafat. Salah satunya adalah Serat Gatoloco. Penolakan terhadap syari’at yang dilakukan oleh sebagian besar orang- orang yang mengaku muslimin inilah yang mendorong K.H.A.Rifa'I perlu bicara lebih keras. Oleh karena itu dalam hampir semua kitabnya beliau dalam ilmu Ushuluddin, beliau mengupas tentang perlunya ketundukan kepada syari’at ini. Dalam kitab RI’AYATUL HIMMAT jilid I halaman beliau menulis17. Ngandiko ulama Ahlissuni kedilan Lan sopo wonge ngucapaken ning lesan Kelawan syahadat loro makno kasartanan Lan ora neqodaken ingdalem kebatinan Moko yo wong iku dadi munafik kufur Lan sopo wonge neqodaken ati jujur Lan iqror syahadat loro tinutur Lan ora taslim nejo anut milahur Ing hukum setengah saking hukuman Syara’ kang dohir sawuse dateng hujahan Lan lumuh saking wajibe syara’ anutan Moko yo wong iku iblis kufur kelakuhan Setengah saking golongane wong kufur Ikulah warnane kafir imane lebur Kekel urip ning neroko tan tobat kebanjur Berkata ulama Ahlussunah yang adil Barang siapa mengucapkan dengan mulutnya Dengan dua kalimah syahadat berserta artinya Dan tidak mengakui didalam hatinya Maka orang itu menjadi kafir munafik Dan barang siapa meyakini dengan hati yang benar Dan ikrar mengucapkan dua kalimah syahadat tersebut Dan dia tidak taslim bersedia mengikuti Pada suatu hukum dari sebagian hukum- hukum Syariat yang jelas, setelah sampai kepadanya bukti kebenaran Dan menentang dari kuajiban tunduk pada hukum syara’ Maka ya orang itu perbuatanya bagaikan iblis Termasuk bagian dari iblis, sesat terus menerus Dan termasuk dari golongan orang- orang kafir Itulah macamnya kafir, imannya musnah Kekal hidup di neraka bila tak benar bertobat Pada halaman lain beliau menulis (hal.15). Tan bihun lamun tan ginawe taslim anutan Iku dadi syarat sahe makbule iman Moko dadi sepi syara’ perintahan Muhung pangestu, Perintah tan linakonan Temah tan nono bedane wong mu’min jujur Lan antarane wong podo munafik kufur Peringatan: Seandainya ketundukan dan taslim tak dijadikan… Sebagai syarat sah diterimanya iman Maka jadi kosonglah perintah agama Hanya sekedar percaya, perintah (hukum) tak dijalankan Akibatnya tak ada bedanya antara mukmin yang benar Dan antara para munafik kufur. Beberapa dalil Al-Qur'an pun dikemukakan oleh beliau untuk memperkuat fatwanya bahwa TASLIM dan ketundukan terhadap hukum syara’ adalah suatu masalah yang sangat penting dan merupakan kunci dapat diterimanya iman. Diantaranya beliau menukil sebuah ayat Al-Qur'an Surat Annisa’ ayat 64 dengan sebelumnya diberikan pengantar 18: Lan weruho siro setuhune syarate iman iku pasrah lan anut asih atine ing hukum Allah dan hukum Rasulullah. Kelawan mengkono iku dalile pengendikane Allah Ta’ala: “ Moko demi temen pangeraniro ya Muhammad, ora nono podo ngesto’aken wongiku kabeh anging hinggo podo anjaluk hukum wong iku kabeh ing siro ing dalem ma barang kang bebantah poro padu ing antarane wongiku kabeh, moko keri- keri ora ono nemu wong iku kabeh ing dalem atine wong iku kabeh mamang lan ora sengit atine ing setengah saking barang kang wus siro hukumi lan podo pasrah asih atine wongiku kabeh kelawan pasrah nurut”. Dan ketahuilah oleh mu sesungguhnya syarat iman itu menyerah dan tunduk, cinta hatinya pada hukum Allah dan hukum Rasulullah. Demikian itu sesuai dalil firman Allah Ta’ ala : “ Maka demi Tuhanmu ya Muhammad, mereka tidak dianggap beriman sehingga mereka meminta hukum kepadamu dalam suatu perkara yang mereka perbantahkan, maka kemudian tidak ditemukan dalam hati mereka keraguan dan kebencian terhadap sesuatu perkara yang sudah kau putuskan dan mereka pasrah, cinta hati mereka dengan benar- benar pasrah tunduk”. Annisa’ 64. Dalam kitab berjudul Ri'ayatul Himmah halaman 14 beliau mengutip Surat Al- Hujurat ayat 14: Ngandiko Allah Ta’ala ing dalem Qur’an Ngucap setengah sekeh wong araban Amanna: ngesto’aken kawulo temenan Ing Allah ing Rasulullah leres panutan Ngucapo siro Muhammad ing munafik kufur Tan ngimanaken siro kabeh anut milahur Lan tetapi ngucapo siro kabeh jujur Aslamna: pasrah kawulo anut tan mungkur Lan ora manjing iman maqbul panengeran Ing dalem atiniro kabeh kateqsiran Lamun tan taslim siro sekabehan Maring wongkang merdi perintahan Allah berfirman dalam Al-Qur'an Sebagian orang A’ rob berkata: Amanna , kami telah beriman Kepada Allah, kepada Rasulullah, panutan yang benar Ucapkanlah wahai Muhammad kepada kafir munafik itu Kalian belum beriman (belum) bersedia tunduk Tetapi ucapkanlah : Aslamna, Kami menyerah, tunduk tak membangkang Dan belumlah masuk iman yang diterima…. Kedalam hati kalian, karena acuh Seandainya tak TASLIM kalian semuanya Kepada (Nabi) yang memerintahkan kebenaran. Dengan cara yang demikian gamblang, Asyaikh membawa para sidang pembacanya untuk memahami bahwa “ Iman tidak sekedar percaya dalam hati, tetapi iman adalah AKIDAH dan AMAL sekaligus”. Iman adalah percaya dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan beramal dengan anggota badan. Dan amal disini tidak terbatas pada hanya sholat, puasa dan haji yang sudah terbiasa disebut sebagai ibadah, tetapi juga mencakup segala sesuatu perbuatan yang diridhoi Allah, bermanfaat bagi sesama dan kembali kepada kebaikan umat manusia19. Lan amriho siro kelawan ngamal ngelakoni Sekehe sababe becik arep didalani Tan hasil angen- angen beloko dienggoni Balik awjib ikhlase ati ditemeni Dan kamu harus berusaha dengan melakukan amal Semua yang menjadi sebab kebaikan harus dijalani Tak kan berhasil hanya menggunakan angan- angan Tetapi keikhlasan hati harus sungguh ditekuni Memang secara bahasa Iman artinya percaya. Tetapi yang dimaksud secara istilah syara’ adalah membenarkan dalam hatinya dan harus berusaha menegakkan dengan ketundukan kepada segala apa yang dibawa dan disampaikan oleh Muhammad Rasulullah. Utawi iman dalem lughot, ngestoaken ning manah Wajib maknane istilah arep diarah Ikilah kalam ulama wus tinemu marah Utawi iman iku ngesto’aken atine Ing barang kang wus datengaken tinemune Rasulullah, kelawan agama saktemene Perintah saking Allah wajib tekane. Maring sekehe mukallaf kaparentahan. Inilah kalam ulama fahamnya supaya diteliti Iman menurut bahasa adalah percaya dalam hati Makna yang sebenarnya harus dituju Inilah kalam ulama yang telah mengajarkan Iman adalah percaya dalam hatinya Kepada semua yang telah dibawa… Oleh Rasulullah dengan membawa agama sebenarnya Perintah dari Allah harus disampaikan. Kepada segenap mukallaf diperintah melaksanakan VI. RUKUN ISLAM Salah satu masalah kontroversial dalam fatwa- fatwa Assyaikh adalah tentang rukun Islam. Dan pada saat itu oleh pemerintah kolonial yang Machiavelist masalah tersebut sengaja dibenturkan diantara masyarakat kaum muslimin untuk memecah kekuatan revolusioner yang tersembunyi dalam ajaran- ajaran Asyaikh. Namun sebenarnya setelah kita baca uraian beliau tentang keharusan TUNDUK dan TASLIM kepada semua perintah agama, termasuk tunduk kepada keharusan sholat lima waktu, tunduk pada aturan Zakat, pasrah dan senang hati berpuasa dibulan Ramadhan dan tunduk pada ketentuan untuk melaksanakan ibadah haji, serta tunduk kepada semua aturan syara’ yang lain, maka kontroversi itu akan hilang dengan sendirinya. Bahkan dengan menyatakan bahwa ketundukan terhadap ketentuan hukum syara’ itu sebagai syarat sah diterimanya iman, berarti pembangkangan terhadap kelima pilar Islam itu adalah merupakan batal dan ditolaknya iman seseorang. Apalagi kalau kita lebih dalam mengkaji dan menghayati tulisan- tulisan beliau, maka nyatalah bahwa yang terjadi adalah hanya perbedaan LAFDHI / DEFINISI, bukan perbedaan makna. Baiklah berturut- turut kita kutip tulisan- tulisan beliau tentang RUKUN ISLAM. Yang pertama kita ambil dari kitab TAKHYIROH MUKHTASOR 20: Utawi rukune Islam iku sewiji beloko, yoiku angucap syahadat loro kang wus kasebut. Bahwa rukun Islam itu hanyalah satu, yaitu mengucapkan dua kalimah syahadat yang telah tersebut. Kita teruskan penyelidikan kita pada tulisan beliau dalam kitab THORIQOT Halaman 23 demikian21: Utawi rukun sah Islam kedhohirane Iku cukup ngucap syahadat lorone Bahwa sesungguhnya rukun sah Islam secara lahiriyah Yaitu cukup dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Sekarang kita perhatikan tulisan beliau dalam kitab SYARIKHUL IMAN halaman 2- 3, demikian : Utawi kelakuhan Islam iku angucapaken ing kalimah syahadat loro, lan anjenengaken sholat, lan aweh zakat, lan puoso wulan Ramadhan, lan munggah haji ing Baitullah lamun kuoso ing dedalane. Utawi rukun Islam kang dadi hasil sah Islam seseorang dalem dhohir, iku muhung ngucapaken ing kalimah syahadat loro. Perilaku Islam adalah : mengucapkan dua kalimah syahadat, dan mendirikan sholat, dan berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bila mampu dan aman perjalanannya. Adapun rukun Islam yang menjadikan sah nya Islam secara lahiriyah adalah hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Jelaslah dari maksud tulisan diatas bahwa seseorang yang telah mengucapkan dua kalimah syahadat, secara lahiriyah orang tersebut telah menjadi muslim. Dan bagi orang tersebut berlaku hak- hak dan kewajiban sebagai seorang muslim22. Bandingkan dengan tulisan dalam sebuah kitab berjudul : GHOYATUL BAYAN syarah Matan ZUBAD yang terkenal didunia pesantren karangan Syekh Ibnu Ruslan, pada halaman 6. “Maka Islam adalah mengucapkan dua kalimah syahadat saja. Maka barang siapa telah berikrar dengan dua kalimat tersebut, diberlakukanlah hukum hukum Islam didunia dan ia tidak lagi dihukumi kafir. Bagi orang yang bisa berpikir jernih, nyatalah tidak ada perbedaan pernyatan Asyaikh dengan pernyataan ulama lain, dalam hal ini yang telah diwakili oleh Syekh Ibnu Ruslan yang terkenal itu. Titik permasalahan telah kita temukan, yaitu adanya perbedaan LAFDHI atau DEFINISI, bukan perbedaan makna. Jika Rasulullah menggunakan lafadh BINA’UL ISLAM (Bunial Islam ala Khomsin23), Imam Al- Ghozali dalam kitab Ihya’u Ulumuddin menggunakan lafadh MABAANIYAL ISLAM24, sedang beberapa ulama mayoritas memakai lafadh ARKAANUL ISLAM, maka K.H.A.Rifa'i memakai lafadh A’MAALUL ISLAM (kelakuan Islam), dengan isi dan kandungan yang sama persis. Baiklah, untuk lebih meyakinkan kita kita gunakan metode analisa perbandingan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci kepada fatwa- fatwa Assyaikh dengan membandingkannya dengan fatwa- fatwa ulama Ahlussunnah yang lainnya. Bila jawaban yang diperoleh sama, maka berarti dalam masalah rukun Islam tak ada perbedaan maknawi diantara keduanya. PERTANYAAN JAWABAN A, Rifa’I Lainnya 1.Apakah seseorang kafir asli atau murtad bila telah mengucapkan dua kalimah syahadat sudah dianggap sebagai muslim? 2.Aapakah seorang muslim yang sengaja meninggalkan sholat lima waktu, zakat, puasa di bulan Ramadhan dan meninggalkan kewajiban ibadah haji padahal ia sudah mampu, dihukumi telah melakukan dosa besar? 3.Apakah seorang muslim yang mengingkari (Inad dan Juhd) terhadap kewajiban tersebut diatas seperti mengingkari puasa dan sebagainya dianggap telah murtad? Ya 25 Ya26 Ya 27 Ya 28 Ya29 Ya30 Dari beberapa pertanyaan kunci yang diajukan yang mencakup beberapa masalah yang merupakan hal- hal paling pokok dari agama Islam Ahlussunnah Waljama’ah tersebut ternyata mendapatkan jawaban yang persis sama. Oleh karena itu tiada keraguan lagi bahwa tiada perbedaan maknawi antara fatwa- fatwa Assyaikh K.H.A.Rifa'i dengan fatwa- fatwa ulama Ahlussunnah lainnya. Kalaupun ada perbedaan, maka sesungguhnya hanyalah perbedaan lafdhi/ definisi saja. Tiada perbedaan yang prinsipiel diantara keduanya. Mungkin ada suatu pertanyaan menggelitik, mengapa Asyaikh tidak memakai istilah “Rukun” yang merupakan istilah populer pada masa itu juga? Padahal bila menggunakan lafadh itu, tidak ada kesempatan bagi pemerintah Kolonial untuk mengadu domba antar murid- murid beliau dengan masyarakat umum? Ternyata K.H.A.Rifa'i sebagai salah seorang ulama Ahlussunnah justru konsisten dengan ke Ahlussunahannya itu dengan tidak menggunakan lafadh Rukun. Apa sebab? Karena bila sesuai dengan DEFINISI lafadh “Rukun”, kita dapat terjebak dalam pengertian yang tidak sesuai dengan keyakinan Ahlussunnah Waljama’ah. Mengapa demikian ? Marilah kita tela’ah. Dalam kitab Al- Bajuri Juz I halaman 137 dinyatakan definisi rukun sebagai berikut: “Gambarannya adalah : Sesungguhnya syarat itu bukan bagian dari sesuatu (amalan), sedangkan rukun merupakan bagian tak terpisahkan dari sesuatu itu”. Ustadz Abdul Hamid Hakim dalam kitabnya yang biasa dipakai di madrasah madrasah Tsanawiyah berjudul : Mabaadi’ul Awwaliyah pada halaman 7 menulis demikian: “ Rukun adalah sesuatu yang ditegakkan diatasnya keabsahan sesuatu (amalan), dan ia merupakan bagian dari sesuatu itu, seperti membasuh wajah adalah rukun bagi wudhu, dan takbirotul ihrom adalah rukun dari sholat”. “ Sedangkan syarat adalah sesuatu yang ditegakkan diatasnya keabsahan sesuatu amalan, tapi ia bukan merupakan bagian dari sesuatu itu, seperti menutup aurat adalah sebagai syarat sah sholat, dan air mutlaq sebagai syarat sah wudhu”. Maka tanpa membasuh wajah, rukun wudhu tak dipenuhi, berarti wudhunya tidak sah alias batal. Tanpa takbirotul ihrom, rukun sholat tak dipenuhi, berarti sholatnya ditolak. Begitu juga wukuf di Arofah adalah salah satu rukun haji. Tanpa wukuf di Arofah, hajinya tertolak, karena kurang rukun. Oleh karena itu jama’ah haji yang sakit parah pun, dibawa dengan ambulan khusus untuk memenuhi rukun haji itu dengan melaksanakan wukuf walau sebentar. Puasa Ramadhan harus dengan niat. Karena niat adalah rukun, bagian tak terpisahkan dari amalan puasa. Tanpa niat, gagallah puasa wajibnya. Sekarang pertanyaannya : Seseorang yang meninggalkan sholat lima waktu karena malas, batalkah Islamnya ? Jawabannya menurut Ahlussunnah adalah tidak, selama masih mengakui kewajiban sholat lima waktu tersebut. Padahal bila konsisten terhadap Ta’rif / definisi “Rukun” dimana sholat adalah salah satu rukun Islam, maka ia merupakan bagian dari Islam. Tanpa memenuhi rukun berarti batallah Islamnya alias kafir. Dan ini adalah keyakinan KHAWARIJ, bukan keyakinan Ahlussunnah Waljama’ah31. Demikian juga bila seseorang ogah membayar zakat atau malas berpuasa di bulan Ramadhan atau tak mau berhaji padahal ia sudah mampu, ia tidak dianggap sudah keluar dari Islam. Hanya dianggap sebagai muslim pendosa yang akan disiksa berat dineraka, namun karena masih adanya iman, pada akhirnya akan masuk kesorga juga. Inilah inti pelajaran Ahlus Sunnah yang berlawanan dengan keyakinan Lhowarij bahwa pelaku dosa besar itu dihikumi kafir. VII. RUKUN IMAN Dalam bab ini akan kita petikkan tulisan- tulisan K.H.A.Rifa'i yang berhubungan dengan rukun iman. Kami sertakan juga beberapa komentar beliau yang dapat mengantarkan kita lebih mengenal dan mendalami karya- karya beliau. Yang pertama dari kitab Syarkhul Iman32 halaman 2- 3: Utawi rukun iman iku nem perkoro Yoiku angimanaken ing Allah Lan ngimanaken ing sekehe malaikate Allah Lan angimanaken ing sekehe kitabe Allah Lan angimanaken ing sekehe utusane Allah Lan angimanaken ing dino akhir tegese dino kiamat Lan angimanaken ing pesten becik lan pesten olo Saking Allah Ta’ala. Bahwa rukun iman ada enam perkara Yaitu percaya adanya Allah Dan percaya pada semua malaikat Allah Dan percaya pada kitab- kitab Allah Dan percaya kepada semua nabi- nabi Allah Dan percaya pada hari akhir, artinya hari kiamat Dan percaya pada ketentuan baik dan buruk Adalah dari Allah Ta’ala. Setiap rukun iman tersebut dijelaskan oleh beliau dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat kebanyakan. Perhatikan penjelasannya pada kitab Ri’ayatul Himmah I halaman 31: · 1. IMAN KEPADA ALLAH. Utawi rukun nenem perkarane Kang dihin ngestokno siro ing Allah anane Kang wajib wujude urip sampurnane Kang muhal tinemuho kekurangane Esa Dzate lan esa sifate kasampurnan Lan esa af’ale tan tinemu rerewangan Kang dadeaken alam kabeh kinaweruhan Tan nono sawiji- wiji aweh labet temenan Nyoto kuwoso Allah tur paring rizki ing kawulane Nitahaken Allah ing ikhtiyar kekasabane Barang solah tingkah atas Allah kersane Kang nuduhaken dalan bener paring imane Kaduwe wong kang dikersaaken kabegjan Manjing suwargo urip nikmat kelanggengan Lan nasaraken Allah maring neroko kemedlaratan Kaduwe wong kang dikersaaken kafir kacilakan Pertelo olo becik iku kersane Allah Becik Ginanjar olo sinikso janji winarah Moho andoh Allah niyoyo tibane lampah Sawiji- wiji kabeh atas milike Allah Dzatullah iku seloyo saking kang anyar teko Kang Miharso Kang Ningali Kang Ngendiko Barang sewiji- wiji Allah kang duwe reko Allah ngersaaken ing bejo lan ciloko Wajib syukur ing Allah kaduwe mukmin Kang pinaringan iman ung dalem batin Laku stinggal doso sebab wirang isin Labete syukur soyo wuwuh ati yakin Wedi lan asih ing Allah yan katinggalan Ikulah lakune wong kuwat jazeme iman Ngelindung ing Allah saking fitnahe setan Ati gegeyongan ing Allah kanugrahan. Uraian tersebut dilanjutkan dengan mengetengahkan beberapa ayat Al-Qur'an beserta tafsirnya. Berikut ini terjemahannya dalam bahasa Indonesia: Bahwa rukun iman ada enam perkara Yang pertama percayalah pada Allah adanya Yang pasti wujudnya Maha Hidup dan Maha Sempurna Yang mustahil sifat kekurangan ada pada Nya Esa Dzat Nya, esa Sifat Nya , Maha Sempurna Dan Esa af’al Nya tiada butuh sarana Yang menciptakan alam semesta, telah diketahui Tiada suatupun (selain Allah) yang benar benar memberi bekas Nyata Dia kuasa dan memberi rizki hambanya Allah (pun) telah menciptakan ikhtiyar dan usaha Segala gerak- gerik atas kehendak Allah Yang menunjukkah jalan yang lurus dan memberi iman (yang sah) Kepada siapa yang dikehendaki memperoleh keuntungan Masuk ke sorga hidup nikmat berkekalan Dan Allah menyesatkan menuju neraka (penuh) kesengsaraan Bagi siapa yang dikehendaki kafir cilaka Jelaslah, baik dan buruk adalah atas kehendak Allah Baik diganjar, jahat disiksa, demikian tersebut dalam janjinya Maha suci Allah dari berbuat aniaya, (Terhadap hambanya) yang jatuh dalam musibah Sesuatunya adalah milik Allah Dzat Allah berbeda dengan segala (mahluk) yang datang baharu Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha berfirman Segala sesuatu Allah lah yang punya mau Bahagia dan celaka, Allah yang menentukan Bagi orang beriman haruslah bersyukur pada Ilahi Yang telah mendapatkan iman di dalam kalbu Berbuat syukur dengan menjauhi dosa karena malu Bekasnya syukur, bertambahnya keyakinan hati Takut dan Cinta kepada Allah tak pernah musnah Itulah perbuatan orang yang teguh iman Berlindung kepada Allah dari godaan setan Hati bergantung kepada anugerah Allah. Sah nya iman tiada di syaratkan ibadah Sah nya ibadah dibutuhkan adanya iman Karena itu iman yang sah harus dicita- citakan (Untuk sarana) pembeli sorga, mulia, kekal, nikmat Orang yang percaya kepada Allah, sebenar- benar Tuhan Inginlah dan berusahalah perkokoh iman dalam hati (Dengan) bertambah bakti kepada Allah Itulah perbuatan yang lempang Inilah dalil Qur’an33 menambah kokohnya iman: Wahai ingatlah semua manusia yang telah diciptakan Percayalah dan berbaktilah kalian Kepada tuhan kalian Yang Maha Esa Yang telah menciptakan kalian semua Dan (Dia) telah menciptakan Segenap manusia sebelum kalian Agar hendaknya kalian bertaqwa Kalian semua benar- benar hambanya Dialah Allah yang telah ciptakan bumi yang dapat dihuni Bagi kalian merupakan hamparan untuk berkedudukan Yang dapat ditanami dan dijadikan rumah hunian Dan Dia ciptakan pula langit nan amat tinggi… Sebagaimana atap, (dan ciptakan pula) matahari dan bulan… Untuk menerangi dunia Dan dari langit Allah turunkan hujan Yang airnya untuk menyirami tumbuhan… Dan semua tanaman bumi (dan menjadi) hidup Maka Allah keluarkan tersebab hujan (Mengeluarkan) segala jenis buah- buahan Itu semua menjadi rizki sandang pangan Bumi bermanfaat untuk kalian Kerbau, sapi, semuanya menjadi hidup Apabila telah nyata diketahui demikian Bahwa Allah itu Tuhan kamu sekalian… Maka janganlah kalian punya keyakinan Bahwa Allah punya tandingan Pada keesaan Allah, percayalah, mantaplah Berbaktilah, tujukan hatimu hanya kepada Allah Percayalah kepada Allah, (pada) perintah dan larangan Allah Dan dalam yang demikian itu kalian benar- benar harus beriman Meng- esakan Allah, Yang Maha Tunggal, jelas sudah dijelaskan Sekuat tenaga menghindar dari selain Allah. · 2. PERCAYA KEPADA MALAIKAT Sekarang kita lanjutkan pada keterangan beliau tentang rukun iman ke dua, yakni percaya kepada semua malaikat ciptaan Allah. Setelah menjelaskan nama dan kedudukan malaikat- malaikat yang terpenting, seperti Jibril dan Mikail, Isrofil dan Izrail, diantaranya Asyaikh menjelaskan tentang adanya malaikat- malaikat pengiring, seperti dalam bait- bait sya’ir berikut ini34: Angiringi malaikat iku kinaweruhan Saking antarane wong iku kiwo tengenan Lan saking burine wong iku tan katingalan Podo rumekso malaikat sekabehan Ing menungso, saking pakone Allah nyatane Iku malaikat rolas sekabehane Malaikat sepuluh ngetut burine Ing menungso kang nejo ginawe mulyane Malaikat loro kang nulisi ing menungso Nulisi ing becike lan anane dosa Malaikat Hasanah arane kaparekso Kang nulisi ing kabecikane menungso Malaikat Syyi’ah nulisi ing kesalahan. Ketahuilah, malakiat sama mengiring Di antara kiri dan kanan manusia Dari arah belakang manusia tanpa terlihat Para malaikat sama melindungi… Para manusia, nyata dari perintah Allah Itu semuanya dua belas malaikat Sepuluh malaikat mengiring dari belakang… Manusia, karena sengaja memulyakannya Dua malaikat yang mencatat (amal) manusia Menulis kebaikannya dan adanya dosa Malaikat Hasanah namanya, periksalah… Yang menulis kebaikan manusia Malaikat Sayyi’ah yang mencatat kesalahannya. · 3. PERCAYA KEPADA KITAB- KITAB ALLAH Kita teruskan pengkajian kita tentang rukun iman ketiga, termaktub dalam kitab Ri'ayatul Himmah I halaman 39. Langsung di Indonesiakan: Yang ketiga, rukun iman penjelasannya Engkau harus percaya dalam hatimu Pada semua kitab Allah adanya Yang telah diturunkan Allah pada para Nabi Nya Yaitu seratus empat bilangannya35. (Pada) Nabi Adam, sepuluh kitab diberikan. Dan Nabi Syis lima puluh kitab diturunkan Dan tiga puluh kitab diberikan kepada Nabi Idris Dan Nabi Ibrohim sepuluh kitab adanya Dan Nabi Isa satu kitab INJIL namanya Dan satu kitab TAURAT untuk Nabi Musa. Dan Nabi Dawud satu kitab ZABUR namanya Dan kitab QUR’AN, satu (untuk) Nabi Muhammad. Yang menggantikan seluruh hukum syari’at. Yaitu Qur’an lebih agung Mu’jizat Berkekalan hukumnya sampai hari kiamat. · 4. PERCAYA PADA PARA NABI ALLAH Tentang rukun iman ke empat beliau menjelaskan: Yang ke empat dari bagian rukun iman Yaitu percaya pada nabi utusan…. Dari Allah, membawa perintah dan larangan Kepada hamba Allah yang terkena kewajiban Nabi adalah manusia, lelaki, merdeka, nyatanya Mendapatkan wahyu agama dari Allah Menerima perintah dan semua hukum- hukum Kalau Nabi Rasul maka harus melakukan… (tugas) menyampaikan sayari’at, Kepada semua hamba Allah ditujukan. (Ri’ayatul Himmah I halaman 43) Sebagian jumlah para nabi telah diketahui Ada seratus dua puluh empat ribu jumlahnya Dan sebagian Nabi Rasul bilangannya Yaitu tiga ratus tiga belas adanya (Adapun) menyebut nama para nabi penjelasannya Itu tidak menjadi syarat sah (diterimanya) iman. Sebagian Ulama ada mewajibkan.. Hendaknya mengetahui nabi bilangannya… Yang dua puluh lima di tuturkan di Qur’an Yaitu Nabi Adam, Dzul Kifli, kenabian. Nabi Sholih Nabi Syu’aib, Nabi Hud, bilangan Nabi Idris, Nabi Luth, Yunus, kenabian Nabi Yusa’, Nabi Isma’il, Nabi Ilyas. Nabi Isa, Nabi Yahya, dituturkan Nabi Zakariya, Nabi Harun sudahlah masyhur Nabi Musa, Nabi Yunus, Ayub yang benar. Nabi Sulaiman, Nabi Dawud, Nabi Nuh, sudahlah terkenal. Nabi Ya’qub, Nabi Ishaq, itu nama- namanya. Nabi Ibrohim, Nabi Muhammad, genaplah duapuluh lima. (Ri’ayatul Himmah. I. 50- 51- 52. Lihat Hadist.R. Ibnu Hibban, dari Abi Dzar Al- Ghiffari / Tanwierul Qulub P. 31) Kemudian khusus tentang Nabi Muhammad, beliau menulis36: Nabi Muhammad putera Sayid Abdullah Sang ibu bernama Dewi Aminah Dilahirkan didalam negara Mekah Kemudian dikehendaki hijrah ke Madinah Wafat di negara Madinah, (disana) beliau dikubur Berbangsa Arab, (suku) Quraisy, (Bani) Hasyim, Luhur. Bilangan jumlah usia dan umur Enam puluh tahun lebih tiga ditutur. Mendapat wahyu menjadi utusan Allah Tatkala berumur empat puluh tahun diterangkan Lamanya menjadi utusan Allah Dua puluh tiga tahun kemudian wafat di Madinah. Qur’an Hadist masih tetap tertulis dengan benar Seakan masih hiduplah Nabi kita yang luhur Sebab masih adanya petunjuk masyhur Sampai kini Qur’an Hadist tak hancur. Nabi Muhammad itu nabi penutup Juga Rasul penutup, telah diketahui Tak kan ada nabi tak ada rasul (lagi) Setelah Muhammad nabi akhir zaman · 5. PERCAYA PADA HARI KIAMAT. Tentang rukun iman kelima beliau menjelaskan37: Yang kelima dari rukun iman, perhatikanlah Percayalah pada hari kiamat Habisnya hari musnahnya dunia Setiap kematian manusia juga kiamat Disebut kiamat SUGHRO, kecil artinya Dan matinya semua mahluk dan kerusakan Itulah kiamat KUBRO, amat sangat besarnya… Kedahsayatan, kerusakan, dan orang- orang mati Namun ada yang tak rusak, tak dimatikan (yaitu) RUH dan AJBUDZ DZANAB namanya39 Dan semua yang ada disorga, berkekalan Seperti bidadari dan segala penghuni sorga Dan masih juga hidup yang ada dineraka Ular, kelabang, kalajengking, dan selainnya. Maka kemudian Allah menghidupkan (lagi) semua ciptaan Nya… Yang telah mati, (termasuk) semua malaikat dan lain sebagainya. · 6. PERCAYA KEPADA QODHO DAN QODAR. Sekarang kita sampai pada rukun iman ke enam. Kami kutipkan beberapa uraian beliau yang pokok- pokok. Ri’ayatul Himmah I. Halaman 63: Yang keenam genapnya rukun iman Percayalah engkau dalam hati Baik dan buruk dari Allah sudahlah pasti Baik diganjar, jahat disiksa sesuai janji. Ri’ayatul Himmah I. Halaman 66- 67.40 Dan bagi kita Ahli sunni ilmunya. Bagi hamba (Allah) diperintahkan berusaha Oleh hukum Syara’, wajib nyatanya Atau (perintah) sunah dalam syara’ ketentuannya Tetapi tak mesti semua perbuatan memberi bekas Demikian diajarkan, (karena itu) tafakurlah. Maka ketahuilah keyakinan yang benar Jangan mengikuti keyakinan JABARIYAH yang ngawur Dan keyakinan QODARIYAH yang berdosa. JABARIYAH meniadakan usaha dan kerja Dan QODARIYAH memastikan hasil usaha Keduanya itu BID’AH, fasik namanya. Demikianlah sebagian kecil uraian beliau tentang rukun iman. Dan kita akan segera mengkaji tulisan- tulisan Asyaikh tentang AQO’ID LIMA PULUH, yang tertulis dalam kitab- kitab beliau. VIII. AQO’ID LIMA PULUH. Pembahasan kita sekarang adalah tentang AQO’ID LIMA PULUH. Karena tak ada hal- hal yang special, maka kita akan kaji bersama secara ringkas saja. Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa seorang muslim diwajibkan memahami keyakinan Tauhid nya dengan mempelajari dalil- dalilnya secara IJMALI (global). Adapun mengetahui dalil- dalil nya secara TAFSILI (terperinci), hukumnya adalah fardhu kifayah.41 Demikian itu agar iman seseorang tidak goyang dengan hujjah- hujjah kaum falasifah dan gempuran- gempuran kaum bid’ah. Dalam hal ini kaum muslimin harus memahami AQO’ID 50, yang mempelajari tentang : Sifat- sifat Wajib (mesti adanya) bagi Allah, Sifat Muhal dan Jaiz Nya, Sifat- sifat Wajib bagi Rasul, Sifat Muhal dan Jaiz bagi mereka. Asyaikh K.H.A.Rifa'i dalam kitab- kitab nya menjelaskan dan mengutip dari kitab- kitab yang MU’TABAROT (punya kredibilitas) dari ulama- ulama Ahlussunnah. Dibawah ini kesimpulan tulisan beliau tentang AQO’ID 50 42: 1. SIFAT WAJIB ALLAH DAN MUHAL NYA. 1. Allah Wujud, muhal/ mustahil tak ada. 2. Allah Qidam, muhal/ mustahil baru. 3. Allah Baqo’, muhal/ mustahil rusak 4. Allah Mukholafatu Lilhawadits, muhal/ mustahil sama dengan makhluk. 5. Allah Qiyamuhu Binafsih, muhal/ mustahil butuh pada lainnya. 6. Allah Wahdaniyah, muhal/ mustahil berbilang. 7. Allah Qudrat, muhal/ mustahil tak mampu. 8. Allah Iradat, mustahil tak punya kreatifitas dan daya cipta. 9. Allah Ilmu, mustahil bodoh. 10. Allah Hayat, mustahil mati. 11. Allah Sama’, mustahil tuli. 12. Allah Bashar, mustahil buta. 13. Allah Kalam, mustahil bisu. 14. Allah Maha Kuasa (Qodirun), mustahil tak berdaya. 15. Allah Maha Berdaya Cipta (Muridun), mustahil tak ada daya cipta. 16. Allah Maha Ber- Ilmu (Alimun), mustahil yang bodoh. 17. Allah Maha hidup (Hayyun), mustahil yang mati. 18. Allah Maha Mendengan (Sami’un), mustahil yang tuli. 19. Allah Maha Melihat (Basirun), mustahil yang tuli. 20. Allah Maha Berfirman (Mutakallimun), mustahil yang bisu. 2. JAIZ ALLAH. Jaiz Allah adalah satu, yaitu MEMBUAT ATAU TAK MEMBUAT MUMKIN. Yang dimaksud dengan Mumkin adalah segala sesuatu yang mungkin adanya, yaitu semua makhluq. Demikian menurut bahasa Asyaikh K.H.A.Rifa'i : Utawi jaize Allah kinaweruhan Agawe mumkin tuwin tan gawehan Ingatase Allah Sampurno tan kekurangan Agawe alam ora dadi kahundakan Tan gawe alam tan nono kekurangan Adapun jaiznya Allah ketahuilah Yaitu membuat atau membuat MUMKIN Bagi Allah sempurna tiada kekurangan Membuat alam tak menjadikan bertambah kaya Tak membuat alam pun tak menyebabkan kekurangan (bagi Nya). Ada empat macam mumkin, yaitu: 1. MUMKIN WUJUD BA’DA ‘ADAM, ADANYA SETELAH TAK ADANYA. Seperti manusia wujudnya didunia adalah setelah didahului tak adanya sebelum lahir. 2. MUMKIN ‘ADAM BA’DA WUJUD. TIDAK ADANYA SETELAH ADANYA. Seperti bumi langit nanti hancur tak berbekas setelah keberadaannya sekarang. 3. MUMKIN SAYUJAD. SUATU SAAT NANTI AKAN ADA. Seperti hari kiamat, timbangan, mahsyar adalah sesuatu yang akan diciptakan Allah nanti. 4. MUMKIN FI ASLIHI ALIMALLAHU ANNAHU LA YUJADU. (Allah mampu menciptakan, tetapi tak diwujudkanNya. Seperti apakah Allah tak mampu membuat Fir’aun beriman? Pada dasarnya Allah mampu tetapi Dia tak menghendaki hal itu terjadi.43 3. SIFAT- SIFAT WAJIB BAGI RASUL DAN MUHALNYA. 1. Rasul pasti SIDDIQ (benar), muhal berbohong. 2. Rasul pasti AMANAH (dapat dipercaya), muhal berkhianat. 3. Rasul pasti TABLIGH (menyampaikan), muhal menyembunyikan wahyu. 4. Rasul pasti FATHONAH (pintar), muhal bebal. Jaiz Rasul satu, yaitu ARADH BASYARIYAH, seperti tulisan K.H.A.Rifa'i Tegese Aradh basyariyah pertelane Owah- owah kang bongso menungso tinemune Koyo panas atis ngelu mules larane Lan sepadane kang ora dadi celane Artinya ARADH BASYARIYAH penjelasannya. Perubahan- perubahan manusiawi adanya. Seperti panas, dingin, pusing, sakit mulas. Dan seumpamanya yang tak menjadikan cacat baginya. Demikianlah tentang AQO’ID 50 yang terdapat dalam kitab- kitab karangan Asyaikh K.H.A.Rifa'i. IX. MUKJIZAT, IRHASH, KAROMAH, MA’UNAH, SIHIR/ISTIDROJ. Mukjizat adalah suatu perbuatan diluar nalar (supra natural) yang dilakukan Para Nabi/ Rasul atas seizin Allah untuk membuktikan kenabian/ kerasulan mereka. Seperti mukjizat Nabi Musa membelah lautan, atau mukjizat Nabi Isa membuat burung dari tanah liat, atau mukjizat Nabi Muhammad menyembuhkan seorang Sahabat yang matanya keluar terkena anak panah. Dalam kitab Ri’ayatul Himmah I halaman 30, Asyaikh K.H.A.Rifa'i menulis: Quwate sidiqe Rusul kelawan mukjizat Kang ngowahaken ing setengah penggawe adat Qur’an kalamullah iku mukjizat tinutur Ugo luwih utomo derajate luhur Tinimbang saking sekeh mukjizat masyhur Munfaate Qur’an saiki pinilahur Syari’ate Nabi Muhammad tinemune Tan sinalinan dene syari’at liyane Tumeko dino kiamat hukumane Turun Isa anut Nabi Muhammad agamane. Kebenaran seorang Rasul dikuatkan dengan mukjizat Yang merubah sebagian hukum alam. Qur’an kalamullah itu mukjizat, diajarkan Juga lebih utama, derajatnya lebih tinggi Dari pada semua mukjizat yang telah termasyhur Manfaat Qur’an sampai kini diharapkan Syari’at Nabi Muhammad adanya Tak digantikan dengan syari’at lain Hukumnya (berlaku) sampai hari kiamat Nabi Isa turun, mengikuti agama Muhammad. Irhash, adalah kejadian- kejadian luar biasa atas seizin Allah yang dialami oleh para calon nabi. Seperti adanya bintang terang saat kelahiran Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dibedahnya Muhammad kecil oleh para malaikat yang dilaporkan oleh pengasuhnya Halimatus Sa’diyah, hancur dan padam nya api abadi di Persia yang merupakan sesembahan orang Majusi tepat saat kelahiran Muhammad, dan lain-lain.44 Demikian definisinya menurut K.H.A.Rifa'I : Dan dinamakan IRHASH, (kejadian luar biasa) yang diberikan bagi seseorang yang dicalonkan sebagai Nabi. Dan dinamakan KERAMAT, bagi seseorang yang nampak kesalehannya. Disebut MA’UNAH, bagi seorang mu’min awam bila kejadian luar biasa itu terjadi dalam keadaan berbakti kepada Allah. Disebut ISTIDROJ, seandainya kejadian luar biasa itu dilakukan oleh orang kafir, atau oleh seorang muslim, yang dapat membantu maksiyat atau dilakukan dengan TAKABBUR.45 Selanjutnya tentang keramat (KAROMAH) ini secara lebih luas akan dijelaskan dalam bab wali- wali Allah. X. WALI- WALI ALLAH. Wali adalah seseorang yang dicintai Allah. Jama’ (plural) nya adalah Auliya, artinya: para kekasih Allah. Menurut Asyaikh K.H.A.Rifa'I, untuk menjadi seorang wali seseorang harus memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: 1. Beriman kepada Allah. 2. Bertaqwa kepada Allah.46 Sesuai dengan firman Allah pada Surat Yunus, ayat 62- 63: “ Ingatlah, sesungguhnya para wali- wali Allah itu, tiada ketakutan pada mereka dan tiada mereka berduka cita. (Yaitu) mereka yang beriman dan mereka semuanya bertaqwa” Allah memang memberikan keistimewaan kepada mereka yang SALEH karena cinta Nya dengan memberikan KAROMAH, suatu kemampuan yang diluar kemampuan akal untuk menalarnya. Akan tetapi kemampuan yang diluar batas- batas nalar itu tidak boleh menjadi ukuran bahwa seseorang boleh disebut sebagai wali. Banyak orang yang mempunyai kekuatan super natural (KHORIQUL 'ADAH), namun mereka sebenarnya adalah kekasih- kekasih setan karena mereka ingkar kepada Allah dan banyak melakukan dosa, sebagai contoh adalah para penyihir Fir’aun. Pernyataan tersebut bersesuaian dengan tulisan seorang Maha Guru Universitas Al- Azhar, Ibrahim “Athwah ‘Audl dalam kata pengantar terhadap kitab”JAMI’ KAROMATIL AULIYA”, demikian: “ Makna Wali adalah orang yang terus menerus mencintai Allah sambil terus menerus berbuat taat kepada Nya. Dengan demikian Allah senantiasa melimpahkan kepadanya Karomah (kemuliaan) dan perlindungan. Demikian pula telah dikatakan para wali itu orang yang secara terus menerus perbuatannya cocok dengan syara’ yang mulia. Siapa yang perbuatannya melanggar syara’, maka ia bukanlah seorang wali meskipun ia bisa terbang di udara maupun berjalan diatas air”.47 Lebih jauh bahkan Asyaikh K.H.A.Rifa'i dengan tulisannya menyatakan bahwa perbuatan super natural itu jangan sampai menjadi tujuan seseorang didalam mencari ilmu dan beribadah seperti yang banyak dilakukan dan difahami orang pada saat itu, tetapi seseorang harus mencari KAROMAH HAKIKI (Karomah sebenarnya) yang nilainya lebih unggul disisi Allah. Itulah yang harus selalu dicari dan harus dicapai oleh segenap umat Islam. Perhatikan tulisan tulisannya: Apakah benar orang ingin keramat? Mesti punya sifat yang berbeda dengan adat? Ia ingin bisa terbang diudara bagai burung. Padahal burung derajatnya lebih rendah disisi Allah Dan hanya pantas jadi santapan manusia Andaikan ingin bisa berjalan diatas air Maka ketahuilah bebek meri yang hina pun bisa Ia rendah disisi Allah Dan hanya jadi santapan manusia Atau inginkan mengitari bumi dalam sehari? Iblis laknatullah bisa melakukannya Inginkah dapat keramat seperti itu?48 Bandingkan dengan pernyataan Abi Muhammad Al- Murtaisy tatkala dikatakan kepada beliau bahwa si Fulan sanggup berjalan diatas air. Maka beliau berkata: “ Bagiku, seorang yang ditetapkan Allah sanggup melawan hawa nafsunya, adalah lebih hebat dari pada orang yang sanggup berjalan diatas air atau terbang di awang- awang”49 Perlu dicatat, pernyataan K.H.A.Rifa'i tersebut ditulis pada pertengahan abad kesembilan belas! Diukur pada zaman sekarang pun pernyataan tersebut masih dapat dikatakan sangat modern. Apalagi diukur pada saat itu dimana suasana klenik dan takhayul masih sangat tebal di tengah- tengah masyarakat. Menurut beliau karomah yang harus digapai dan di cita- cita kan oleh kita adalah Karomah Hakiki seperti telah disebutkan diatas. Yaitu kemampuan untuk MEROBAH ADAT MAKSIAT (Khoriqu Adatil Ma’aasiy) menjadi perbuatan Ta’at. Sebagaimana telah dilakukan oleh para Wali Songo yang telah mampu merobah tatanan Hindu menjadi masyarakat Muslim. Itulah sebenar- benar karomah yang wajib ditiru dan dicari. Beliau selanjutnya menyatakan: “Maka kemudian Karomah Hakiki adalah sesuatu hal yang benar- benar dapat menghasilkan jiwa yang ISTIQOMAH”. Pernyataan beliau dalam kitab Syarikh- Al-Iman halaman 76 tersebut bersesuaian dengan pernyataan pensyarah Al- Hikam: “ Karena makna Karomah yang Hakiki adalah teguh (Istiqomah) dalam mengabdi kepada Allah”.50 Jiwa yang istiqomah adalah jiwa yang tegak dan langgeng dalam menjalankan syari’at agama Islam, hatinya dipenuhi dengan sifat- sifat terpuji (Mahmudat) dan menjauhkan diri dari pekerti jahat (Madzmumat), serta menghindarkan diri dari segala noda dan dosa, bahkan dosa- dosa kecilpun. Hatinya tak pernah terlepas dari mengingat Allah. Segala perilakunya baik lahir maupun batin semata- mata dimaksudkan untuk mendapatkan ridho Allah. Demikian perilaku para Auliya. XI. BERMACAM DOSA. K.H.A.Rifa'i menulis dalam kitab- kitabnya bahwa seorang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah haruslah berusaha menghindar dari melakukan dosa, baik dosa kecil, besar, maupun dosa dosa yang dapat menyebabkan kekufuran, sebelum ia berusaha untuk mengerjakan amal- amal saleh. Menghindari dosa adalah harus lebih diutamakan daripada melakukan amal saleh. Sesuai kaidah usul fikih yang menyatakan : “ Meninggalkan perkara yang merusak harus lebih diutamakan daripada membangun kebaikan”. Dalam Alqur’an Surat An- Nisa ayat 31 Allah berfirman: “ Apabila kamu sekalian menjauhkan diri dari dosa- dosa besar yang kularang darinya, tentu kami hapuskan kesalahan/ dosa- dosa kecil kalian dan kami akan masukkan kalian ketempat yang mulia (sorga)”. Dibawah ini daftar dosa- dosa, baik dosa kecil, dosa besar maupun dosa kufur yang tertulis dalam kitab- kitab K.H.A.Rifa'i: A. DOSA KUFUR. Pelakunya menjadi kafir bila melakukannya dengan kesadaran dan atas kemauan dan pilihan sendiri ( ikhtiyari), yaitu 51: 1. Menafikan/ tidak percaya kepada Allah Yang Maha Esa (atheis). 2. Menafikan nabi- nabi Allah yang telah tercantum dalam Alqur’an dan hadist- hadist mutawatir. 3. Menghina kepada salah satu hukum syara’ yang telah Ijma’, Maklum, Dhorury (Hukum syara’ yang sudah tidak ikhtilaf/ Ma’lum minad Diin bidh Dhoruroh).52 4. Menyembah berhala dengan sengaja/ Syirik atau menyembah kepada matahari, bulan, manusia atau apapun makhluk ciptaan Allah. 5. Ragu- ragu kepada Nabi Muhammad atau ragu- ragu terhadap sabda- sabdanya yang telah dinyatakan kesahihannya secara mutawatir. Atau ragu- ragu terhadap salah satu syari’at Islam yang sudah Ijma’, Maklum, Dhorury. Misalnya ragu- ragu/ tak percaya tentang riwayat Isro’. 6. Percaya pada kemampuan makhluk/ hukum adat/ hukum alam diluar kemampuan Allah. Seorang Mukmin sejati harus percaya bahwa kejadian dan fenomena apapun adalah terjadi atas kodrat, iradat dan ilmu Allah. 7. Tak percaya/ ragu- ragu adanya hari kiamat dengan segala peristiwanya. 8. Mengharamkan sesuatu yang jelas- jelas halal atau menghalalkan sesuatu yang jelas- jelas haram yang tidak syubhat lagi. 9. Tidak percaya kepada sebagian/ seluruh ayat- ayat Alqur’an. 10. Menghina sebagian/ seluruh ayat Alqur’an. B. DOSA- DOSA BESAR. Pelakunya tak menjadi kafir, tetapi dihukumi fasik, hilang sifat adil (‘Adalah) nya. Mereka tak boleh menjadi saksi pengantin, makruh solat dibelakang mereka bahkan haram bila kejahatannya terang terangan dilakukan, juga haram mengangkatnya menjadi imam sholat. Mereka akan disiksa dengan berat di neraka bila mati belum bertobat, namun bila mereka masih mempunyai iman walau seberat zarah, akhirnya setelah perhitungan (ba’dal hisab), mereka akan dimasukkan kesorga kekal selama- lamanya. Lihat perbedaannya dengan keyakinan Khowarij. Dalam kitab- kitab Asyaikh K.H.A.Rifa'i tertcatat demikian: 1. Membunuh/ melukai manusia tanpa dasar hukum. Bunuh diri. 2. Berzina atau sodomi (liwath). 3. Minum atau makan sesuatu yang memabukkan, seperti alkohol dan ganja. 4. Makan harta anak yatim. 5. Makan harta riba/ RENTENIR. 6. Mencuri walau sedikit. Atau mencopet, menipu. 7. Berjudi walau sedikit. 8. Menuduh orang lain berzina tanpa bukti (minimal empat saksi). 9. Menjadi saksi palsu/ pernyataan palsu dimahkamah hukum. 10. Merampok, merampas, menodong, memaksa minta uang. 11. Melarikan diri saat jihad tanpa uzur. 12. Mendurhakai salah satu kedua orang tua atau kepada kedua- duanya. 13. Meninggalkan sholat lima waktu tanpa uzur. 14. Meninggalkan sholat jum’at tanpa uzur. 15. Meninggalkan kewajiban Puasa Ramadhan walau sehari tanpa uzur. 16. Berbohong atas nama Nabi/ kepada Nabi. 17. Menista salah satu sahabat Nabi. 18. Tidak mau belajar ilmu wajib seperti ilmu tentang sholat, puasa dan sebagainya. 19. Menyembunyikan sebagai saksi, padahal kesaksiannya menentukan nasib seseorang. 20. Bersumpah dusta. 21. Memutuskan tali persaudaraan/ silaturrahmi. 22. Memalsukan timbangan, takaran, ukuran, tatkala jual beli. 23. Menyogok atau memakan uang sogok pada suatu kasus hukum. 24. Melukai orang Islam tanpa ada kewenangan hukum. 25. Meninggalkan kewajiban Zakat. 26. Memakan bangkai tanpa uzur. 27. Putus asa/ putus pengharapan atas karunia/ pengampunan Allah. 28. Meninggalkan amar makruf nahi mungkar, padahal ia mampu. 29. Mengumpulkan laki- laki dan perempuan disuatu tempat dalam keadaan aurat terbuka. 30. SI’AYAH INDAS SULTHON, artinya membisiki/ menghasut penguasa agar mencelakai orang lain. 31. Mengamalkan ILMU SIHIR, SANTET, GUNA- GUNA, TELUH dan lain-lain. 32. Gossip jelek/ Ghoibah pada Ulama’ tanpa bukti. 33. Gossip jelek/ ghoibah pada orang yang hafal AlQur’an tanpa bukti. 34. NUZUZ, artinya seorang istri mendurhakai suaminya. 35. Makan daging babi tanpa uzur. 36. NAMIMAH, artinya mengadu domba dua orang/ kelompok agar bentrok. 37. Merasa bebas dan aman dari takdir dan ketentuan Allah. Berbuat dosa tanpa takut ancaman Allah. 38. Seorang suami bertindak ZIHAR/ zalim kepada istrinya. Zihar adalah tradisi jahiliyah bila seorang suami murka kepada istrinya. 39. Membakar rumah, bangunan. 40.Melalaikan hafalan Al Qur’an. 41.Terus- terusan melakukan dosa kecil tanpa rasa salah dan bertobat. 42.Menyiksa hewan/ membakar dengan api. 43.UJUB, artinya merasa dirinya paling hebat. 44.RIYA’, artinya berbuat kebaikan hanya karena pamer. 45.TAKABBUR, artinya menolak kebenaran/ sombong dan merendahkan orang lain. 46.HASUD/ dengki hatinya, tidak suka dan sakit hati melihat orang lain sukses. Catatan: dalam kitab- kitab K.H.A.Rifa'i , dosa nomer 43- 46 dihitung satu. XII. TAUBAT. Diantara sifat- sifat Allah adalah Dia Maha Pengampun dan Penerima taubat hamba Nya. Betapapun besarnya dosa seseorang, bila ia bertobat dengan benar dan menyesali perbuatannya, ia akan diampuni Allah, dan segala dosanya akan dihapus sehingga tidak berbekas. Taubat yang benar atau disebut TAUBAT NASUHA, haruslah memenuhi beberapa syarat dan rukun, yaitu: A. SYARAT : 1. Dilakukan sebelum nafas sampai ditenggorokan.53 2. Dilakukan sebelum matahari terbit dari arah barat sebagai tanda mulainya hari kiamat/ dilakukan sangat terlambat.54 B. RUKUN: 1. Mencampakkan/ meninggalkan maksiyat yang akan ia tobati. 2. Menyesali segala tindakannya yang telah lalu. 3. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatannya. Bila maksiyat itu berupa meninggalkan sholat dan zakat atau meninggalkan puasa bulan Ramadhan, maka rukunnya ditambah satu, yaitu harus menqodho sholat zakat dan puasanya. Bila maksiyatnya berupa memakan harta orang lain/ korupsi/ GHOSOB, maka ditambah satu rukun lagi, yaitu ia harus mengembalikan harta yang ia makan, atau harus minta dihalalkan/ direlakan kepada orang yang pernah dirugikan.55 Maka dengan bertobat dan menyesali segala perbuatan dosanya, seseorang bisa bersih kembali, suci kembali bagaikan kapas bersih yang tiada bernoda. Demikian karena Allah adalah Zat yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini